300 Hari Badai Al Aqsha, Titik Balik Sejarah yang Mengubah Dunia

Ilustrasi

Dunia Islam

"Tindakan perlawanan bernama Thufaan Al Aqsha yang digambarkan sebagai titik balik sejarah ini mengejutkan banyak orang dan membuat mereka takjub dan tidak percaya", begitulah yang ditulis oleh seorang sastrawan dan sejarawan Dr Usamah Al Asyqar. Di hari ke-300 sejak peristiwa penting itu bermula, dunia banyak sekali berubah. Termasuk tentang kita dan kehidupan kita.

Tidak berlebihan jika Badai Al Aqsha (Thufaan Al Aqsha) ini benar-benar menarik perhatian dunia. Kamu bisa melihat apa yang terjadi pada pemakaman jenazah pemimpin Ismail Haniyah yang legendaris. Belasan ribu orang dari berbagai bangsa hadir, termasuk Bapak Jusuf Kalla dan Bapak Din Syamsuddin. Syaikh Ikrimah Shabri, Imam Masjid Al Aqsha sampai ditangkap oleh zionis hanya karena mengumumkan takziyah wafatnya sang pejuang. Musuh benar-benar ketakutan.

Seorang akademisi dan penyair Maroko yang sekuler bernama Malikah Al Ashimi saja sampai bilang, bahwa Badai Al Aqsha membuat dunia "melalui sebuah babak barunya", kemudian ia berkata, "peristiwa ini membuka mata dunia tentang apa yang sebelumnya keruh dan tak jelas, termasuk kepada Barat." Guardian sampai pernah menulis satu artikel (November 2023) yang mengatakan banyak anak-anak muda Amerika yang mempelajari Al Qur'an sejak melihat ketahanan penduduk Gaza.

Meski begitu, pengorbanan pejuang dan rakyat Gaza untuk menginspirasi dunia tidaklah sedikit. Dalam statistik terbaru, jumlah korban syahid di Gaza mencapai 38.980 orang, sedangkan jumlah korban luka mencapai 87.705. Setiap hari, ada 4 korban jiwa dari anak-anak setiap jamnya, baik yang terbunuh maupun yang luka-luka. Data menunjukkan ada lebih dari 10.000 orang hilang di bawah reruntuhan, dan tidak ada cara untuk menemukan mereka. Semua ini, kami tuliskan lagi supaya engkau tidak lupa. Supaya engkau tidak terbiasa.

Namun ruh perlawanan tetap menyala. Seperti yang dikatakan oleh Ismail Haniyah, "ruh kami, darah kami, keluarga dan anak-anak kami serta rumah kami adalah tebusan untuk Al Quds dan Al Aqsha!". Juru bicara perjuangan, Sang Abu Ubaidah pernah menyampaikan bahwa di tengah perang besar yang penuh tantangan ini, para pejuang masih bisa merekrut ribuan pejuang baru yang siap melanjutkan regenerasi untuk membebaskan Al Aqsha dari musuh.

Sang juru bicara pejuang berkata 4 pekan lalu, "Kemampuan sumber daya manusia kami baik-baik saja, dan kami merekrut ribuan pejuang selama perang." Semua kegagahan itu nyata dan bukan dibuat-buat. Sebab keadaan musuh juga semakin hari semakin bertambah rugi. Belum lama ini, ada sebuah press release dari jubir musuh, Daniel Hagari, “Gaza adalah salah satu medan perang paling sulit di dunia, dalam hal pertempuran, intensitasnya, dan terowongan yang digali mereka di bawah tanah.”

Ribuan tentara musuh luka parah sampai tak bisa normal lagi. Banyak angka-angka yang dirilis oleh musuh tentang jumlah kerugian mereka, "namun laporan lokal mengatakan bahwa tentara Israel tidak mengumumkan jumlah kerugian sebenarnya, dan jumlah tersebut lebih besar dari angka tersebut", sebagaimana ditulis dalam Aljazeera. Wafatnya sang pemimpin Ismail Haniyah bukannya menyurutkan semangat pejuang, malah membuat pejabat tinggi musuh ketakutan akan apa yang selanjutnya terjadi. Bodoh sekali.

Sudah 300 hari, dan dunia berubah ke arah yang masih kita tak tahu. Namun, sebagaimana kata pejuang, Thufaan Al Aqsha akan menjadi "ma'rakah bidayatut tahrir", peristiwa yang akan membentangkan karpet merah kemenangan. Kaum muslimin tidak lagi terus tidur. Masyarakat Eropa dan Amerika bahkan menaruh posisi yang jelas bagi perjuangan membela kebenaran. Sampai-sampai ada seorang demonstran di Amerika Serikat yang menulis di sebuah banner, "bukan kami yang bersuara agar Gaza bebas. Nyatanya, malah Gaza yang membebaskan kami semua."

Penulis: Edgar Hamas

Admin
Admin Butuh Jasa Kami? Hubungi Sejasa.Net

Posting Komentar untuk "300 Hari Badai Al Aqsha, Titik Balik Sejarah yang Mengubah Dunia"